Oktober 27, 2008

UT termasuk 5 PTN Kelas Dunia

YOGYAKARTA, (Pikiran Rakyat, 27-05-2007).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai, perlunya meningkatkan mutu pendidikan tingkat perguruan tinggi. Pemerintah memberikan prioritas mendorong pendidikan tinggi agar mampu bersaing dan masuk dalam peringkat pendidikan tinggi berkelas internasional atau World Class University.

"Kita berkeinginan, agar sampai tahun 2009, paling tidak 10 perguruan tinggi akan mampu masuk dalam daftar World Class University," ujarnya. Pada tahun 2006, tercatat lima perguruan tinggi (PT) di Indonesia masuk dalam jajaran universitas berkelas dunia, yaitu UI, ITB, UGM, UNDIP, dan Universitas Terbuka (UT).

Menurut presiden, semua pihak harus turut serta menyukseskan upaya meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. ”Bangsa Indonesia tidak akan maju apabila pendidikannya tidak bermutu,” ungkap SBY ketika menghadiri puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Taman Siva pelataran Candi Prambanan Yogyakarta, Sabtu (26/5).

"Kita tidak bisa tampil terhormat dan menang dalam kompetisi global kalau mutu pendidikan kita kalah (dibandingkan) dengan mutu pendidikan negara-negara lain. Mari bersama-sama kita sukseskan upaya meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini," tegas presiden.
Pada acara yang dipadukan dengan refleksi satu tahun gempa bumi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu hadir antara lain Ibu Negara Ny. Ani Yudhoyono, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, Menko Perekonomian Boediono, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menteri PU Djoko Kirmanto, dan Menkes Siti Fadilah Supari, serta ribuan warga masyarakat DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Sebelumnya, Yudhoyono mengajak untuk merenungkan kembali relevansi ajaran dan falsafah pendidikan yang telah diwariskan Ki Hajar Dewantara. Semangat dan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, telah memberikan inspirasi yang tidak pernah kering, serta memberikan dorongan dan suri teladan bagi generasi penerus.
Menurut dia, visi pembangunan pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas. "Visi ini bertujuan untuk mencetak manusia Indonesia yang mampu bersikap proaktif, tidak menunggu, tidak pasif dalam menjawab tantangan zaman yang selalu berubah," katanya.
Dalam kaitan tersebut, presiden menyatakan, menyambut gembira visi ke depan pendidikan nasional agar tahun 2025, dapat dihasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Yaitu, insan yang cerdas secara spiritual, cerdas secara emosional, cerdas secara sosial, dan cerdas secara intelektual.

"Insan yang cerdas dan kompetitif adalah aset bangsa, kekuatan bangsa yang penting dalam menghadapi tantangan global, yaitu masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based society)," jelasnya.
Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam membangun karakter manusia. Dalam konteks kehidupan kebangsaan misalnya, pendidikan memiliki peran penting, yaitu sebagai sarana untuk membina jati diri bangsa, memupuk karakter, dan memperkuat wawasan kebangsaan.

Presiden menuturkan, untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan nasional bidang pendidikan, sesuai dengan amendemen ke-4 UUD 1945, telah disepakati untuk memprioritaskan 20 persen dari APBN dialokasikan untuk pendidikan. "Kita sadar sepenuhnya tentang betapa pentingnya pendidikan terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan berkaitan dengan masa depan kita, pendidikan berkaitan dengan nasib anak cucu kita, pendidikan berkaitan dengan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia," katanya.

Diungkapkan Yudhoyono, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pemerintah telah memberikan perhatian yang amat serius untuk menyediakan anggaran bagi sektor pendidikan. Pada APBN 2004, anggaran pendidikan baru Rp 21,4 triliun. APBN 2007 menyediakan anggaran Rp 50,019 triliun, atau dua kali lipat lebih dibandingkan 2004.
"Kenaikan ini memang belum memenuhi besaran sebagaimana diamanatkan dalam amendemen UUD 1945. Namun, pemerintah bersama-sama DPR akan terus berupaya untuk menaikkan anggaran pendidikan guna memenuhi amanat UUD 1945 dan amanat UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional," katanya.

Pada acara kemarin, presiden juga berkesempatan menganugerahkan penghargaan "Satya Lancana Pendidikan", yaitu kepada Supriyanto M., M.Pd. (guru SMPN Unggulan Sindang Indramayu, Jawa Barat) dan Delvitia (guru SDN 07 Tanah Koto Sungai Puak Sumatra Barat). Keduanya dinilai sebagai guru berprestasi.
Sedangkan Ismail Tihurua, S.Ag. (guru SD Inpres Ruhua Maluku Tengah) dan Syamsiah, M.Pd. (guru SDN 010 Air Tamiang Natuna Kepulauan) sebagai guru berdedikasi, yang bertugas di daerah khusus/terpencil.

Sebelumnya, Anugerah Widyakrama diserahkan kepada 12 kepala daerah, termasuk tiga gubernur, yaitu Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Gubernur Sumatra Utara (Sumut), dan Gubernur Jawa Timur. Widyakrama juga diberikan kepada 5 wali kota dan empat bupati yang dinilai telah berhasil menuntaskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, yaitu Wali Kota Cirebon, Wali Kota Solok, Wali Kota Lhokseumawe, Wali Kota Langsa, Wali Kota Bandar Lampung, Bupati Jembrana, Bupati Samosir, Bupati Karang Anyar, dan Bupati Minahasa Selatan.

Selanjutnya, penghargaan Anugerah Swaka Viraya Raha diberikan kepada almarhum Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (mantan Rektor UGM), yaitu sebagai perintis Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang diterima oleh ahli warisnya, Nina Soetarina Koesnadi. (A-94/A-99)

Tidak ada komentar: